Senin, 18 November 2019

Kolesterol


3sep-2018, hasil periksa: (desiliter )

Trigliserida          : 139 mg/dL                       : <150 mg/dL
Cholesterol Total : 276 mg/dL                       : <200 mg/dL
HDL Total : 29 mg/dL                                   :  35 - 45 (L), 45 - 65 (P)  mg/dL
LDL Total : 219 mg/dL                                  : 70 - 150  mg/dL

HEMATOLOGI
LED : 20 mm/jam                                          : L <10 mm/jam (L), <20 mm/jam (P)
LEKOSIT : 11000                                          : 4000 s/d 10000 /uL

URINE
Protein :Positif                                                 :Neg

SEDIMEN
Lekosit  5-10 /LP                                             : 0-5 /LP
Eritrosit 4-8 /LP                                               : 0-2 /LP
Bakteri : Positif                                                :Neg
+++++++++++++++++++++++++++++++++++


Kolesterol baik /(HDL-High Density Lipoprotein) berfungsi untuk mencegah terjadinya ateroma atau penyempitan pembuluh darah akibat lemak. 

yaitu untuk membawa dan membersihkan kolesterol-kolesterol dari berbagai organ, termasuk pembuluh darah, kembali ke hati.
Semakin tinggi tingkat kolesterol baik atau HDL, maka akan semakin baik untuk kesehatan. Ini karena HDL melindungi dari penyakit jantung. Tingkat HDL minimal 60 mg/dL atau lebih dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Sebaliknya, tingkat HDL kurang dari 40 mg/dL justru menaikkan risiko penyakit jantung.


Kolesterol jahat /(LDL-Low Density Lipoprotein) adalah penyebab utama pembentukan ateroma. 

yang berfungsi membawa kolesterol dari hati ke berbagai organ. LDL menjadi jahat jika jumlahnya terlalu tinggi di dalam tubuh, sehingga mengakibatkan lemak menjadi mengendap di dalam pembuluh darah.

karena sifatnya yang jahat, LDL atau kolesterol jahat sebaiknya berada pada tingkat yang rendah atau dapat ditoleransi tubuh, yaitu kurang dari 100 mg/dL. Jumlah LDL 100-129 mg/dL dapat dikatakan sebagai ambang batas toleransi. Jika melebihi  jumlah tersebut kolesterol jahat dapat  menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti ateroma, penyakit jantung, dan stroke.

Jumlah LDL 130-159 mg/dL dapat dikatakan memasuki ambang batas tinggi, dan jika jumlahnya telah mencapai 160-189 mg/dL sudah masuk level tinggi. Sedangkan jumlah LDL 190 mg/dL dan selebihnya, sudah berada pada level sangat tinggi.


Selain kolesterol baik dan jahat, ada lemak dalam bentuk lain dalam darah yang disebut trigliserida.

Lemak ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Jadi, semakin rendah tingkat trigliserida, maka akan semakin baik untuk kesehatan.

Jumlah trigliserida 150-199 mg/dL dapat dikatakan berada pada ambang batas tinggi,
dan jumlah 200 mg/dL atau lebih termasuk tingkat trigliserida tinggi. 
Sebagian orang memerlukan perawatan jika memiliki kadar trigliserida pada kedua level tersebut.

Kolesterol total merupakan gabungan dari jumlah kolesterol baik, kolesterol jahat, dan trigliserida dalam setiap desiliter darah.

Biasanya, dengan melihat kadar kolesterol total dan HDL saja sudah dapat menggambarkan kondisi umum kadar kolesterol Anda.

Namun, jika kolesterol total berjumlah 200 mg/dL atau lebih, atau HDL kurang dari 40 mg/dL, Anda  perlu melakukan pemeriksaan kolesterol lengkap yang mencakup LDL dan trigliserida.

Kadar kolesterol yang kurang dari 200 mg/dL masih bisa ditoleransi. Jumlah kadar kolesterol 200-239 mg/dL sudah masuk pada ambang batas tinggi.
Jika jumlahnya mencapai 240 mg/dL atau lebih termasuk tingkat kolesterol tinggi.



Semakin banyak sumber lemak jenuh maka semakin banyak kolesterol yang diproduksi tubuh. Tidak hanya dihasilkan dari makanan berlemak yang Anda konsumsi, sebenarnya kolesterol tubuh diproduksi secara alami di hati. sehingga, untuk mengontrol jumlahnya, Anda harus membatasi mengonsumsi makanan berlemak.

Trigliserida adalah cadangan energi tubuh yang bisa dihasilkan dari makanan berlemak maupun makanan sumber karbohidrat. Sehingga, trigliserida bisa terbentuk dari berbagai makanan yang Anda makan yang memiliki kalori. Ketika bahan bakar untuk membentuk energi di dalam tubuh sudah terpenuhi, maka sisa-sisa glukosa dan protein yang masih ada di dalam darah akan diubah menjadi trigliserida kemudian disimpan menjadi cadangan energi.


++++++++++++++++++++

Laju Endap Darah (LED) atau disebut juga Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sel darah merah berpresipitasi atau mengendap dalam jangka waktu 1 jam. Cara pemeriksaan LED yang sering dipakai adalah Wintrobe dan cara Westergren.

Wintrobe nilai rujukan :
Wanita 0 -- 20 mm/jam
Pria   0 -- 10 mm/jam

Westergren nilai rujukan :
Wanita 0 -- 15 mm/jam
Pria   0 -- 10mm/jam

LED mencerminkan peradangan akut dan kronik, proses kematian sel, proses degeneratif, serta penyakit limfoproliferatif yang dapat menyebabkan perubahan pada protein plasma yang terdapat di darah yang mengakibatkan penggumpalan dari sel darah merah.

Peningkatan LED merupakan respon yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Peningkatan LED menunjukkan suatu infeksi yang aktif atau terapi penyakit sebelumnya yang tidak berhasil. LED yang tinggi juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti haid, anemia, kehamilan setelah bulan ketiga, dan pada orang tua. Beberapa obat-obatan juga dapat meningkatkan hasil LED, diantaranya dextran, metildopa, kontrasepsi oral, teofilin, penisilamin prokainamid, dan vitamin A, sementara aspirin, kortison, dan kuinin dapat menurunkan LED.

LED dapat dipakai untuk menilai perjalanan dari penyakit. Peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Karena LED merupakan penanda infeksi nonspesifik dan dipengaruhi oleh banyak faktor  (teknik, obat-obatan), hasil yang didapatkan sebaiknya dikonfirmasikan dengan gejala klinis yang terjadi dan hasil laboratorium yang lain. Diagnosis suatu penyakit tidak dapat diambil hanya dengan melihat hasil LED saja. Jadi pada kasus Anda dimana terdapat peningkatan LED dari nilai normal maka harus dikonfirmasi dengan gejala yang ada atau dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium lain.

Jadi peningkatan LED yang anda alami mungkin saja tidak berkaitan dengan adanya penyakit karena tidak didukung dengan hasil laboratorium yang lain (leukosit meningkat) maupun dengan keluhan pada klinis. Mungkin saja hal ini disebakan karena teknik atau obat-obatan seperti yang saya sebutkan diatas. Sekian jawaban dari saya, semoga dapat membantu. (TRH).

++++++++++++++++++++++++++

Adanya kadar protein (biasanya berupa status positif (+)) dalam urine tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Alasannya, tidak ditemukan kebocoran protein dalam urine pada kondisi sehat.

Kebocoran protein dalam urine dapat disebabkan oleh berbagai hal, umumnya karena gangguan ginjal seperti transient proteinuria, familial proteinuria (kelainan reseptor ginjal), gagal ginjal, aktivitas berat, infeksi saluran kemih dan yang lainnya.


Juga ada tidaknya kristal dalam urine seseorang ditentukan oleh jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, kecepatan metabolisme, serta kepekatan urine. Dan biasanya jumlahnya baru akan meningkat apabila terjadi infeksi, radang ataupun batu kencing tadi.

"Kalau ada bakteri positif, tergantung dari sampling atau pengambilan sampling urinnya. Bisa jadi kontaminasi. Biasanya sampling wanita yang lebih mudah terkontaminasi bakteri. Tapi tidak semata-mata ada bakteri artinya ada infeksi,"

Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap batu kencing atau infeksi pada saluran kencing, tes urine saja tidaklah cukup. Harus dikombinasikan dengan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan sel darah merah untuk batu kencing dan tes sel darah putih untuk infeksi.

"Sebab indikasi untuk mengetahui terjadinya infeksi dari tes urine adalah adanya peningkatan sel darah putih,".

Kecuali bila ditemukan protein di dalam urine!
Protein positif dalam urine terjadi karena adanya loss (hilangnya) protein dalam tubuh. Dan bahayanya, ini bisa berarti adanya gangguan ginjal.

Ditemukannya protein dalam urine menunjukkan adanya kebocoran, dan hal ini tidak ditemukan pada urine orang yang sehat. "Kebocoran protein dalam urine dapat disebabkan oleh berbagai hal, umumnya karena gangguan ginjal seperti transient proteinuria, familial proteinuria (kelainan reseptor ginjal), gagal ginjal, aktivitas berat, infeksi saluran kemih dan yang lainnya,"



Orang dengan gangguan ginjal, biasanya jumlah urine yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya. Namun untuk sebagian orang, gangguan ginjal tahap awal biasanya tidak menunjukkan gejala apa-apa. Gejala biasanya tak dapat dilihat secara kasat mata, dari warna, bau, dan jumlahnya, kecuali jika ada darah.

"Urine orang yang ginjalnya bermasalah biasanya terjadi perubahan warna jadi merah atau seperti coca-cola. Kemungkinannya ada darah dan warnanya jadi keruh karena kemungkinan terjadi infeksi. Juga bisa berbusa jika ada protein yang bocor,"

Untuk lebih jelas, gangguan ginjal memang harus dideteksi melalaui uji urine di laboratorium. Di laboratorium akan diperiksa apakah ada eritrosit dan leukosit dalam urine, juga kreatinin atau kotoran yang dapat dihilangkan oleh ginjal yang berfungsi dengan baik.

Selain urine, gejala pada gangguan ginjal juga bisa dideteksi dari fungsi ginjal lainnya yang terganggu, AL:

1. Darah menjadi lebih asam
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Hemoglobin (Hb) rendah
4. Kurang darah (anemia)
5. Mudah lelah
6. Tubuh sering terasa sakit, kram, tidak ada nafsu makan, susah tidur.
7. Penimbunan cairan seperti di kaki dan wajah yang terlihat seperti membengkak atau
8. Pengeringan cairan dengan mata cekung, mulut kering, hampir tidak ada lendir dalam mulut.

Rusaknya ginjal lebih sering diakibatkan karena ada penyakit kronik lain seperti diabetes, darah tinggi, infeksi ginjal, ginjal bawaan, dan batu ginjal.



KES:
LED yang besar karena  Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) → biasanya terjadi pada proses infeksi akut maupun kronis



Solusi Kolesterol:

Simvastatin 10mg, adalah grup obat yang disebut HMG CoA reductase inhibitors, atau "statins" (obat penghambat konversi lemak tubuh/kardioprotektor). Selain simvastatin, terdapat beberapa obat statin lainnya, yakni atrovastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, dan rosuvastatin.

HMG COA adalah:

merupakan hasil sintesis dari hasil permentasi Aspergillus terreus=>metabolit aktif. 

berguna u menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), di mana enzim ini mengkatalisis perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesis kolesterol. 

Ahirnya Simvastatin mengurangi kadar kolesterol "jahat" (low-density lipoprotein, atau LDL) dan triglycerides dalam darah, sementara meningkatkan kadar kolesterol "baik" (high-density lipoprotein, atau HDL).


Proses Pengobatannya:
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin. 
- Dosis awal yang dianjurkan 5- 10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. 
- Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. 
- Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita. 
- Pasien yang diobati dengan imunosupresan bersama HMG Co-A reductase inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan. 
- Bila kadar kolesterol LDL turun di bawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar kolesterol total plasma turun di bawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin. 
- Penderita gangguan fungsi ginjal: tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresi melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada insufesiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus dipantau ketat. 

- Terapi bersama obat lain: simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersama dengan 'bile-acid sequestrans'. 


++++++++++++++
Jumlah sel darah putih /Leukosit tinggi menunjukkan adanya:

Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
Gangguan sistem kekebalan tubuh yang membuat produksi sel darah putih meningkat.
Reaksi terhadap obat yang meningkatkan produksi sel darah putih.
Penyakit sumsum tulang yang menyebabkan produksi sel darah putih naik secara tidak normal.
Gejala Leukosit Tinggi atau Lekositosis

Leukosit tinggi, atau yang disebut juga leukositosis tidak selalu bergejala. Namun gejala umum yang bisa dikenali seperti:

Demam.
Perdarahan atau memar.
Tubuh terasa lemah, lelah, atau sakit.
Merasa pusing, pingsan, atau berkeringat.
Lengan, kaki, atau perut terasa sakit atau kesemutan.
Sulit bernapas, berkonsentrasi, atau pandangan terganggu.
Berat badan turun tanpa sebab.

Tidak nafsu makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar